RANGKUMAN
PRESENTASI PENGETAHUAN LINGKUNGAN PART 1
A.
Studi Kasus Sungai Citarum
Sungai
citarum yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk air minum, pembangkit listrik,
perikanan dan irigasi, mengalami kerusakan atau pencemaran lingkungan yang
cukup parah. Kawasan perbukitan dan DAS hulu sungai
beralih fungsi menjadi perkebunan, belum lagi masyarakat peternak sapi perah di
desa Tarumajaya membuang kotoran sapinya langsung ke sungai, yang menjadikan
air sungai sudah tercemar sejak dari hulu, dan masuk kekawasan Majalaya tidak
sedikit pabrik yang tidak memiliki pengolahan air hingga tingkat pencemaran air
Citarum semakin tinggi, (Lintas Jabar, Tarung News) - Julukan Sungai Terjorok
di Dunia yang dimuat di koran The Sun pada 2010 dan Sungai Panjang Terkotor
oleh kantor berita CNN pada 2011 memang layak disematkan Sungai Citarum. Hampir sepanjang 297 kilometer mulai dari hulu sungai di Kertasari Kab.
Bandung hingga bermuara di Pantai Muara Merdeka, Muara Gembong Kab. Bekasi,
eksploitasi disertai pengrusakan tanpa batas terus dilakukan terhadap Sungai
Citarum.
Keberadaan
sungai Citarum sebagai sungai terbesar dan terpanjang di daerah Jawa Barat ini
seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi pembangkit tenaga listrik air (PLTA) di Waduk Saguling yang menghasilkan 700 - 1.400 megawatt, Waduk Cirata
(1.008 MW), dan Waduk Jatiluhur (187 MW). Sayangnya masyarakat dan
pemerintah kurang memperhatikan manfaat dari sungai Citarum tersebut. Seharusnya
masyarakat di sekitar sungai Citarum mempunyai dan kepedulian untuk menjaga
kebersihan dan kelestarian sungai Citarum dengan tidak membuang sampah
sembarangan termasuk kotoran sapi. Pemerintah juga perlu memberikan sanksi yang
tegas kepada perusahaan yang membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa diolah
terlebih dahulu, karena hal tersebut menyebabkan kadar air di sungai citarum
menjadi tercemar dan bisa berbahaya bagi ekosistem makhluk hidup yang tinggal
di sungai citarum.
B.
Kependudukan di Indonesia
Penduduk Indonesia kualitasnya saat ini masih
sangat memprihatinkan. Berdasarkan penilaian UNDP, pada tahun 2003 kualitas
sumber daya manusia yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (human
development index) Indonesia mempunyai ranking yang sangat memprihatinkan,
yaitu 112 dari 175 negara di dunia.
Praktis, masalah kependudukan dan problematiknya,
memerlukan penanganan yang cermat dan lebih terkoordinasi. Buruknya manajemen
penyelenggaraan transmigrasi sungguh memprihatinkan karena terjadi saat bangsa
Indonesia sedang menghadapi persoalan kependudukan sebagai salah satu masalah
nasional. Penduduk Indonesia tahun 2000 sebanyak 205,8 juta. Tahun 2025, angka
itu diproyeksikan menjadi 273,7 juta. Jadi, selama 25 tahun, terjadi penambahan
jumlah penduduk rata-rata 2,72% tiap tahun. Namun, secara substansial,
persoalan kependudukan bukan hanya terkait aspek kuantitatif, tetapi juga aspek
kualitatif. Tiga
jenis program perlu digalakkan secara serempak di pulau ini, dengan target
pemecahan masalah secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Program
transmigrasi dengan sasaran daerah-daerah yang tingkat kepadatan penduduknya
rendah, keluarga berencana dengan sasaran pasangan usia subur, dan pendidikan
kependudukan dengan sasaran generasi muda.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat mengisyaratkan
bahwa untuk menghadapi tantangan di bidang kependudukan di Indonesia diperlukan
satu rencana besar dalam jangka menengah maupun panjang, termasuk menggalakkan
kembali program keluarga berencana. Program keluarga berencana bukan
semata-mata ditempatkan sebagai upaya untuk mengendalikan kelahiran bayi yang
terkait kondisi dan kepentingan pribadi atau keluarga, tetapi juga demi
kepentingan yang lebih luas dan berdimensi masa depan, yakni kepentingan
nasional.Tanpa menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan lain yang
lebih sempit, mustahil masalah kependudukan bisa diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar